Penulis: Tim Redaksi Lemata

TAMBRAUW, LEMATA.OR.ID- Setiap daerah memiliki makanan khasnya masing-masing. Apalagi di Papua dikenal dengan beragam makanan lokal yang belum diketahui oleh banyak orang.

Salah satunya makanan khas milik masyarakat dari Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat. Daerah yang dikenal dengan penyu belimbing ini teryata memiliki makanan khas yang cukup menarik dibandingkan dengan daerah lainnya di Papua.

Kabupaten Tambrauw terdiri dari 4 suku besar, yaitu Suku Miyah, Abun, Irires dan Suku Mpur yang mendiami daerah pegunungan, lembah dan pesisir pantai.

Beberapa anak bersama orang tuanya saat menikmati makanan tradisional khas Tambrauw yang dimasak di bambu dan disajikan dalam keruru. Dok: Tim Dokumentasi Lemata.

4 suku ini memiliki tradisi (budaya) yang mirip dalam menyajikan makanan asli Tambrauw, yaitu menggunakan bambu sebagai salah satu bahan dasar untuk memasak makanan di api. Budaya ini sudah dilakukan secara turun temurun hingga saat ini.

Baca juga: Pj Bupati Tambrauw Dukung Pelaksanaan Musdat LEMATA

Meskipun tradisi memasak makanan menggunakan bambu biasa dilakukan oleh masyarakat asli Tambrauw, tetapi hal ini sudah jarang dilakukan, bahkan sudah mulai dilupakan dan jarang dilakukan dalam acara-acara yang dilakukan di daerah.

Budaya memasak makanan menggunakan bambu memang harus dilestarikan kepada generasi saat ini, terutama anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah, baik PAUD/TK, SD, SMP dan SMA/SMK.

Salah satu sekolah yang terus memperkenalkan budaya asli Tambrauw kepada anak-anak usia dini adalah PAUD Permata Fef, yang terus memperkenalkan budaya asli Tambrauw kepada anak-anak melalui mata pelajaran Seni Budaya.

Orang tua terlihat membuka makanan tradisional khas Tambrauw dari bambu dan ditaru dalam piring tradisional yang disebut dengan Keruru. Dok: Tim Dokumentasi Lemata.

Dalam momentum ini setiap anak diminta untuk menyediakan makanan lokal khas Tambrauw yang dimasak menggunakan bambu dan disajikan dalam keruru yang diambil dari pohon nibun di hutan.

Baca juga: Paul Baru: Perlu Ada Dinas Khusus Menangani Masyarakat Adat Di Papua

Para orang tua terlihat antusias menyediakan makanan khas Tambrauw yang sudah dimasak menggunakan mambu dan disajikan saat kegiatan Seni Budaya yang berlangsung di TK Permata Fef, Distrik Fef, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, Kamis (8/12/2022).

 Proses Pembuatan dan Bahan Yang Digunakan

 Salah satu orang tua dari siswa PAUD Permata Fef, Sandi Bame disela-sela menyiapkan makanan khas Tambrauw menggunakan bambu menjelaskan mengenai proses pembuatan makanan menggunakan bambu.

Pertama mengambil bambu yang biasa digunakan untuk masak. Lalu dimasukan bahan makanan seperti ikan, sayur-sayuran, sagu, ubi-ujian dan daging ke dalam bambu. Setelah itu, bambu ditutupi bagian atasnya.

Lalu tahap berikut adalah menyalakan api di tungku. Usai api menyala, maka bambu yang berisi makanan langsung dibakar bagian luarnya dengan api yang menyala.

Baca juga: Masyarakat Adat Di Ibu Kota Kabupaten Tambrauw Dukung Pelaksanaan Musdat Pembentukan LEMATA

Butuh waktu sekitar 15-20 menit makanan yang sudah di masak menggunakan bambu sudah matang, sehingga bisa diangkat untuk makan.

Salah satu anak dari PAUD Permata Fef, Kabupaten Tambrauw menggunakan pakian adat saat makan makanan tradisional khas Tambrauw di dalam Keruru. Dok: Tim Dokumentasi Lemata.

“Kita masukan bahan makanan seperti ubi-ubian, sagu, sayur-sayuran, ikan dan daging yang dimasukan ke dalam bambu dan dimasak menggunakan api. Setelah itu, diangkat dan bisa langsung di makan,’ jelas Pelaksana Tugas Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Tambrauw, Safrino Didimus Bame, Amd-Par.

Bahan yang digunakan untuk mengolah makanan mudah dijumpai di dalam hutan yang ada di sekitar Tambrauw. Misalnya, bambu bisa diambil dalam hutan, sayur-sayuran, ubi-ubin mudah dijumpai dalam kebun. Begitupun dengan ikan dan daging bisa diambil di kali atau sungai dan hutan.

“Bahan dasar seperti bambu yang digunakan untuk masak makanan banyak terdapat hutan dan bisa dengan mudah diambil. Begitupun dengan keruru yang diambil dari pohon nibun yang digunakan sebagai piring,” ungkap pria yang akrab disapa Sandi ini.

 Memiliki Gizi dan Protein

 Masak makanan menggunakan bambu yang dilakukan oleh masyarakat asli Tambrauw selama ini teryata memiliki khasiat dan protein yang sangat tinggi.

Baca juga: Masyarakat Adat Kebar Raya Dukung Musdat Pembentukan LMA Tambrauw

Para orang tua bersama ibu guru dan anak-anak terlihat sangat menikmati makanan tradisional yang dimasak di bambu dan disajikan dalam Keruru. Dok: Tim Dokumentasi Lemata.

Menurut pria yang akrab disapa Sandi ini bahwa masak makanan menggunakan bambu justru memberikan gizi dan protein yang sangat tinggi, dibandingkan masak menggunakan bahan modern seperti kuali dan belanga.

“Kita masak makanan menggunakan bambu itu memiliki gizi dan protein yang sangat tinggi, dibandingkan masak menggunakan air di kuali,” ungkapnya.

Kata Sandi, jika masak makanan menggunakan kuali dengan air, maka gizi dan proteinnya akan terbawa beberapa persen, ketimbang isi dan masak makanan menggunakan bambu tentu memiliki protein dan gizi yang tinggi.

Baca juga: Lakukan Sosialisasi, Masyarakat Adat Sausapor Raya Dukung Pelaksanaan Musdat Lembaga Masyarakat Adat Tambrauw

Dengan memasak makanan menggunakan bambu akan memberikan protein dan gizi yang tinggi. Dibandingkan masak menggunakan kuali dan belanga,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini